/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/symbols/sym-5/sym461.cur), progress Islam Ornamental Art 2

bintang

Get widget

Jumat, 18 Maret 2016

dia



SAMAN HUDI
 Pulang! Pulanglah…………..!
Pulang ya pulang  mungkin kata inilah yang membahagiakan untukku dan semua kawanku. Setelah genap lima bulan berada di negara orang,  meninggalkan sanak saudara, kekasih tercinta yang entah dimana rimbanya, serta antah berantah mana lagi yang meski perlu diingat. Tapi tidak bagiku, rasa itu tertinggal dipojok kecil penuh debu. Penuh sarang laba-laba yang usang untuk dibuka. Seberatahukah dirimu tentang perasaanku, jika aku berfirasat aku tahu perasaanmu tapi belum tentu kau tahu persaanku. Kuingat-ingat lagi kata Mario teguh dalam tayangan tontonan TV itu, “bahwa penyesalan terbesar adalah cinta yang tidak pernah dikatakan” dengan nada sebijak mungkin penuh irama lembut dan gentlemen.
***
Pagi hari dikampung halaman begitu berbeda, suasana desa yang dingin menusuk-nusuk kalbu bersamaan datangnya rona merah matahari diujung ufuk  timur membuatku ingin menatap langit sejenak menikmati udara pagi itu, setelah kuambil air dari kamar mandi untuk mengambil air sembahyang. Sejuk kurasakan, dingin tetes air tak mampu mengalahkan keinginanku untuk tidur kembali sembari menelungkupkan badan yang kubungkus dengan selimut. Sejenak terbersit dalam ingatanku, kota yang negaranya pernah kusinggahi. Panas! tak sedingin pagi ini. Ramai dengan bahasa yang sulit kupahami. Tentunya disana jualah kutemukan cinta, yang tak perlu ku mengemis sudah kudapatkan karena kau tahu bahwa Tuhan akan menjodohkan kita dimanapun berada meski dirimu tak pernah tau rasaku. 
Kota kecil itu, menjadi saksi bisu berseminya cintaku padamu. Terima kasih! kasih banyak atas dirimu yang mengijinkanku mengenal sejenak indahnya cinta. Berada disimu walau sementara membuatku senang. Pengabdian walau hanya lima bulan mampu mnumbuhkan rasa itu, rasa yang jarang kumiliki untuk sesiapa saja yang kusebut dia hawa. Shamanta, begitulah ku namai gadis bermata bidadari itu, yang kelak pada akhirnya membuatku takut menyentuh hatinya dan tak mampu ku ungkapkan cintaku padanya karena satu alaasan yaitu, biarlah aku dan dirimu menjadi kawan selamanya. Bukankah mungkin untuk kita bertemu jadi sepasang jodoh. Sepasang janji merpati untuk kembali , kembali dirumah yang ditinggalkannya.
Si empunya merpati tak pernah ragu, untuk melepas merpati terbaik. Karena merpati terbaik tidak akan pernah lupa rumah yang ditinggalkannya. Jika aku rindu aku akan menyapamu kembali wahai juwitaku. Dan kini aku harus pergi . terima kasih mengajarkanku tentang arti cinta, yang tak membuatku mengemis untuknya. Aku selalu berdoa untukmu dan untukku. Jika hatiku kembali niscaya bukan semata menemuimu, atau mengharapkan cintaku yang hatimu  terima tapi untuk cinta kita. Kalau mungkin cinta kita membawa derita, itu pertanda tak usahlah kau kecap cinta. Dan mungkin janji tak usah ku tetapi jika akhirnya kita tersakiti. Akan lebih indah sama-sama dalam dinginnya sepi. Karena dengan sepi kita bahagia mengenang memori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar