Golok jadi sungai
Ini
bukan hanya masalahmu tapi juga masalahku. Seberapa besar nyali yang kita punya
diluar negeri akan tetap was-was bagi gadis seusiaku. Perjalanan itu aku tempuh
bukan cukup sulit tapi sangat sulit. Hari-hari terasa lama, jam dan jarumnya
seakan tak pernah beranjak dari satu angka keangka yang lain . begitu juga
dengan mulut yang terkunci sulit untuk berkata-kata kecuali hanya untuk yang
berkepentingan. Saat ini apa yang kurasakan? Aku juga tidak tau. Apakah salah?
Apakah benar? Hanya saja aku tetap mencoba bertahan untuk mengikuti arus. Jika
aku salah ? kenapa tidak ada yang menegurku. Inilah kesalahan pertama jika kamu
merasa dewasa. Hehehehehhe
Menjadi gadis dengan tampilan
cantik, stylis, modis bergandengan dengan pria tampan nan kaya adalah impian
kami. Tentang hal itu kami tidak pernah munafik. Tapi, mungkin untuk sekarang
perjalanan kami berbeda dari mereka yang berpenampilan seperti itu.
Sebelum berangkat kesini aku
bertanya pada kawanku, “sebenarnya aku juga cantik, gak jelek-jelek amat”.
Sambil ku pasang wajah sok imut sembari tertawa menghadapkan wajahku
kewajahnya.
Lantas dengan sigap dengan tenaga
menggebu ia menjawab “looh kamu baru tau ta kalau kamu gak jelek-jeleek mat
tapi kamu ganteng” , dengan suara keras menghadap kewajahku, lalu suasana pecah
kamipun tertawa berdua. Saat-saat malam minggu tiba, kami akan selalu meneriaki
diri sendiri “jomblo mah di rumah aja”, kalau gak gitu kami akan banyak
menerima kiriman meme dari teman sekelas atau teman sepermainan “kategori yang
paling betah dimalam minggu, pasti
jomblo!”, “malam minggu gak kemana-mana pasti jomblo”, dan masih banyak lagi
jomblo-jomblo yang mengirikan hal semacam itu. lalu aku akan berpikir keras,
“padahal sesame jomblo. . . . . mengapa juga saling sindir atau mereka terlalu
lama sendiri sehingga pacaran merek yaaaa dengan kejombloannya itu” hahahahaah,
abaikan pikiran busuk saya itu…
Pernah juga aku membaca postingan
teman perbandingan agama, macam ini “pilih pacar tuuch, anak perbandingan
agama. Agama aja dipahami apalagi kamu”,,, eeech tau-taunya pacar tu anak bukan
dari perbandingan agama. Busyit bangt gak tuch! Perasaan juga bercandaan ku
“anak perbandingan agama mah gak ada yang bener adanya sakti” wakkwkakkwkwwk……
Satu postingan lagi dari kawanku
yang sama dia bercerita malam itu dia dan kawannnya asik berdiskusi ditaman
kota. Bagaimana tidak, seorang mahasiswa yang lagi hobi ngopi adrenalin mereka
untuk diskusi akan tumbuh bebarengan dengan rasa ingin ngopi mereka. Sumpah
kalau yang ini serius karena aku ngrasa sendiri. Lagi asik ngopi tiba-tiba
lewat muda-mudi bergandengan mesra, sepuluh menit kemudia muda-mudi duduk
bercandaan sambil tertawa dan berbisik satu-sama lai, selang beberapa menit
kemudian taman kota malam itu penuh dengan dengan muda-mudi yang bergandengan
tangan, ada yang lalu lalang hanya berjalan. Karena terlihat rame kawan
diskusinya bertanya “ kenapa raame sekali yaaa , biasanya juga gak?” ,,
nnnaaaah kawanku menjawab “tauk tuuuh” ,,, nyletuk deeeh akhirnya “naaaah loe
pasti lupa kalau mala mini malam minggu”,,haahahahhahah begitulah kiranya
kehidupan para-para jombloisme mereeka akan lupa tentang banyak hari yang
dilaui untuk kesibukan mereka. Lalu kawannya bertanya “kenapa malam kita tidak
seperti mereka, berdua-duaan mesra, bergandengan tangan atau bergoncengan motor
dengan cewk yang menempl dibelakang kita…. Malam-malam bahkan malam minggu kita
isi dengan kopi, buku-buku bahkan rumus tebal juga kitab-kitab”. Dengan nada
sok puitis bak kyai ala santri bingits ia berkata “ jika kau tidak tahan
sakitnya belajar jadilah bodoh by al ghazali”
ciiiieeeeeh. Sebenarnya malam itu masih banyak yang mereka lakukan.
Tentunya akau tau dari postingan yang mereka upload tapi aku tak hendak
bercerita tentang itu.
Tentang malam tahun baruku yang
banyak juga muda-mudi keluar bersama kekasihnya. Aku bersama kawanku nilna,
amil. Ang. Jalan-jalan ke sungai kolok. Aku tiba dirumah amila Keme luar pukul
lima ptang … dari kejauhan aku berteria “amiiiiil aku datang”, ia menyambutku
dengan antusia bak nkedatangan putrid dunia “nyaaaaaaah heeeh diantar
siapa?”….. setelah itu bercakapan kami berlanjut sampai besok pagi. Banyak
diskusi yang kami lakukan, tentang Indonesia bersama Gus Dur, Resolusi tahun
depan, percintaanku yang sedikit suram, masa depan kuliah yang entah bagimana .
satu pesan dari banyak psan malam itu yang kami dapa “bahwa dalam keadaan
apapun loe harus berpikir positif. Pikirkan yang positif2 saja dan yang lain
tinggalkan” tutur katanya malam itu memang bijak, ntah amil terkena sarang
laba-laba dari mana otak blanknya mendapatkan pencerahan hingga keesokan
harinya ia tak dapat tidur sama sekali ahhahaahahahahahah…….
Dalam perayaan taun baru kami
mejenguk teman kami ANG. Kista yang dideritanya kambuh. Dari awal pertama ia
datang sampai tahun 2016 datang ia tak kunjung sembuh. Dari keadaan itulah
pihak kampus dan BA mengijinkan Ang pulang. Bayangkan menuju rumah mabk nilna,
tempat hari-hri terakhir Dwi menuju perpulangan di Indonesia itu berada di
daerah kampong munduk. Karena tak ada sepeda motor kami naik kereta api. Untung
kawan dari darul islah anak-anak didik amil baik banget. Mereka mengantar kami
ke Station Tanyong Mat, setelah itu menyelesaikan administrasi kereta. Kami
tinggal berangkat. Kami berangjat pukul 07.44 tiba pukul 08.40 perjalanan yang cukup
melelahkan . amil berkata “this first moment. Aku gak pernah naik kereta api
nyaaaah, dan pertama naik di Thailnad”…. Lalu “bener amil,, haaaaaaaaa sumaph
kereen looo bakal keinget sampai tua tuch” jawabku. Amil bilang “kau harus
mengingatkanku di tau 2017 bahwa aku naik kereta pertama kali satu taun silam
di Thailand” hahahaahahahah “okok” kujawab sambil banyak mengeluarkan candaan
khasku yang kadang membuat amil susah paham karena akupun juga tak paham atas
candaanku. Tiba dikampung munduk kami sempat mampir alias nggembel dipinggir
jalan . dan,, tau apa yang kita lakukan (duduk dengan santainya makan bekal
dari rumah amil) wakakkwkakkkwkkwkwk. Setelah kenyang kami bisa bertanya
sana-sini. Cuaca hari itu tak bersahabat untuk sebuah perjalanan. Kampong
munduk diguyur hujan cukup deras, banyak kereta body yang menuggu hujan reda,
so kami pun juga harus menunggu. Bertanya kepada nenek – nenek ternyata
memudahkan kami. Beliau bisa berbahasa melayu, jalan kami semaki mudah karena
kami langsung turun di rumah nilna dengan bayaran 20 bath dan kereta api
gratis,,,,, kami meghabiskan hari kami di rumah nilna dengan banyak bercerita.
Tentang sakitnya ang sampai keperginnya ang meninggalkan Thailand.