/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/symbols/sym-5/sym461.cur), progress Islam Ornamental Art 2

bintang

Get widget

Sabtu, 02 Januari 2016

empat sekawan



Persahabatan memang membutuhkan pengorbanan
Lima belas sekawan begitulah bapak kami menamai angkatan lima kkn ppl terpadu Indonesia Thailand. Bagaimana tidak bangga? Mampu mengirimkan mahasiswanya ke Thailand / luar negeri merupakan prestasi tersensiri bagi STAIN Kediri dalam persiapannya menuju IAIN. Kami berangkat penuh keyakinan bahwa kami semua dapat berhasil membawa visi misi yang juga diingkan STAIN selain visi misi pribadi. Tapi apalah day jika Tuhan berkehendak lain. Persahabatan kami terjalin begitu erat tanpa pandang status social ataupun  jurusan. Ada yang dari PAI, PA, PBA, TBI, Ushuludin. Kami belajar bersama, merangkai mimpi bersama, bertujuan sama mengharumkan nama bangsa entah ada pengaruhnya tau tidak kami tak pernah berpikir tentang itu. Kami hanya tau bahwasannya khidupann tidak hanya tentang penerimaan, pemanfaatan, kepentingan, kesalahan atau apalah yang kau artikan itu.
Lima belas sekawan itu terdiri dari hasyim (PBA), Tamim (PBA), Nilna (PBA), Winda (TBI), Dwi (PAI), Rozikin (PAI),Akmal (PAI), Melly (PAI), Anik (PAI), An Nisak (PAI),Diyan (PAI), Ismail (PA), Wardah (PA), Amil (PA), Diyah (At). Kata dalam kurung merupakan asal jurusan mereka PAI ( Pendidikan Agama Islam), PBA (Pendidikan Bahasa Arab), TBI (Tadris Bahasa Inggris), PA (Perbandingan Agama), At (Akhlak Tasawuf) kami bersatu sebagai delegasi STAIN Kediri.
Karena kami semua harus dipencar sendiri-sendiri kami tak tau keadaab teman kami satu sama lain. Lebih parah lagi kami terhuung dengan media social WA, Facebook, Line tapi kami tak cukup uang untuk membeli paket internetan hanya wifi lah andalan kami satu-satunya. Ada yang terhubung ada yang memang sengaja tak mau menghubungkan diri entah sebab apa.
Akhir-akhir ini berita duka menyelimuti kami, Dwi teman kami yang ditugaskan di Pattani sakit. Dia meronta kesakitan hingga melambaikan tangan dan berucap “saya menyerah”. Dalam keadaan inilah semua kawan saling mendukung , menguatkan dan member motivasi untuk tetap bertahan. Saya pun juga ikut khawatir, pasalnya sakit bersama keluarga saja tak enak apalagi ini jauh dari keluarga. Dwi menderita kista yang lama di idapnya. Sejak tujuh bulan yang lalu dia tak pernah haid alias menstruasi. Atau mungkin kista di rahimnya semakin membesar, kami juga tak pernah tau. Apalagi bukan ahli kami untuk menerka sebuah penyakit seperti itu, kami bukan lah dukun apalagi paranormal.
Di Nawawit Islam Pattani, Dwi tinggal bersama ck gu yang lain. Dwi bercerita bahwa mereka semua baik, dia juga diberi sepeda motor untuk kemudahannya melakukan aktivitas. Hanya saja Dwi tak pernah bercerita kalau dia punya kista, ketika sakit dan dibawa ke dokter, dari sini bermulalah semuanya. Dokter Thailand menyangka Dwi hamil, nah yang membuat semakin bahwa ternyata semua cek gu di Nawawit Islam percaya hal itu. Tanpa tedeng aling-aling dwi memang sempat agak dijauhi tapi ternyata dia sakit beneran. Akhirnya mas islmail kawan kami yang menjadi coordinator team dari STAIn membantu Dwi untuk bisa pulang secepatnya dan berobat di Indonesia supaya lekas sembuh. Pengalaman yang membawa mas Ismail mempunyai banyak hubugan dengan orang-orang Thailand yang membawa kami kisini membuahkan hasil yang cukup menenagnkan. Dwi bisa pulang dengan syarat semua biaya ditanggung Dwi. Sudah jatuh tertimpa tangga begitulah kiranya peribahasa yang tepat untuknya. Tapi tak apa untuk sebuah persahabatan kami selalu membantu sebisanya. Mas mail yang pontang panting kesana kemari membantu dwi sampai tempat  kawan kami nilna yang dekat Malaysia akses Dwi pulang. Dia mengambil tiket air asia tujuan KL-JKT-SBY. Selamat jalan kawan, begitulah hari itu yang terucap dari mulut manis kawan ku amil dan nilna. Kami bertiga mengantar dwi sampai sungai kolok. Sebagai pertanda pershabatan menengok teman yang sakit adalah suatu kewajiban. Jauh dari keluarga membuat kami tampil kuat dan tegar adalah jurus andalan. Begitulah kiranya hidup tidak hanya tentang cinta, sakit hati dan galau tapi juga sakit fisik dan perpisahan. Teruntuk Dwi Anggraini Semoga lekas sembuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar