Menulusuri kehidupan baru, yang
benar-benar baru bukanlah hal yang mudah. Jika itu mampu ku ungkapkan dengan kata-kata.
Pernahkah kau mendengar pepatah lama mengatakan “lain ladang, lain pula
ikannya”, pastinya kau juga sering mendengar artinya bahwa setiap daerah akan
mempunyai perbedaan budaya. Tuhan pun akan berbicara tentang hal itu, pada
surat al hujurat ayat 13 jika kau mengaku islam tanpa ku berceloteh panjang
lebar kau tau maksut surat itu.
Kali ini ku benarkan kata Hanum
Salsabila dalam novelnya 99 cahaya dilangit eropa. Bahwa bukan hal yang mudah
hidup di luar negeri tanpa keluarga dan karib kerabat. Mencoba bertahan dari
segalanya, mulai dari mengatasi kebosanan, kediaman, kehati-hatian, ketakutan
dan tak tau lagi harus ku ceritakan dari mana.
Tinggal bersama tiga murid di
asrama membuat ku sering ingin tertawa geli sendiri. Saat-saat malam tiba, akan terdengar banyak
jangkrik. Krik.krik dan rasa sepi akan datang dengan secara tiba-tiba daberingi
dengan senyap yang sangat kuat. Sahabatku itu, bernama Aminah, ida dan Yaning.
Tidak tahu mengapa mereka mempunyai kegemaran yang sama memainkan Hape tanpa
henti-hentinya hingga tidak ada ruang kosong tersisa untukku banyak berbicara.
Berekspresi macam apapun sebenarnya tak ada yang tahu. Tapi, apakah itu yang
diinginkan, bukan. Bukan itu. Mungkin jika aku di Indonesia dalam posisi yang
sama juga akan melakukan hal sama. Ngumpul sama temen buat kumpul doang dan
sisanya waktu untuk gadget masing-masing ,huwek.
Aminah pendiam memang tak banyak
bicara, beda dengan ida dan yaning yang banyak berbicara padaku. Tentang banyak
hal yang kumengerti begitulah sajak tergambar orang jika mereka semakin pandai
mereka akan semakin banyak bicaranya. Entah itu pandai dalam hal yang mana?
Tebak sendiri saja. Narawith Islam menyajikan banyak keindahan yang tak biasa
dipaksa untuk ditinggalkan. Sekolah ini sederhana tapi istimewa. Banyak
siswanya 204 terbagi menjadi dua sub. Mutawassi dan thanawi. Mutawassi
setingkat SMP jika di Indonesia. Sedangkan Thanawi sama halnya dengan Aliyah
(SMA). Mereka akan menyebutnya dengan kelas 7,8,9,10,11 dan 12. Ma’had Narawith
Islam oleh sebagian orang disebut dengan sekolah Pak Ju. Beliau selaku mundzir
atau kepala sekolah. Dinaungi dibawah Yayasan Muslim Thailand Selatan Narawith
itu yang menjadi sebab ketika ku tanyai tentang banyak hal mereka juga tak
banyak yang menjawab dengan jelas. Pak ju dulunya adalah pemilik radio narawith
Islam yang terkenal seluruh Narathiwat hingga akhirnya ketika beliau mempunyai
sekolah, orang-orang memanggilnya sekolah pak ju.
Tak ada yang tidak baik untuk
orang-orang rantauan jika ingin ditanyakan. Semua orang disini baik, tak ada
yang tak menawari makan walaupun itu hanya hangat-hangat tahi ayam alias PHP. Tapi
hal itu bukanlah halangan untuk tetap semangat meraih ilmu. Dalam catatan
memori otak ku yang masih fresh ini kutemukan nama-nama itu, kak dah, kak sah,
kak ti, kak hayati, kak nik, kak za, ustadzah halimah, ustadz de, ustadz
hisyam, ustadz syeeh, ustadz harodi dan acan adun, acan mak, acan ahmad. Dari
merekalah aku banyak blajar tentang cinta kasih kepada sesama walau tak kenal.
Meski diri ini kadang tak paham, untuk apapun mereka akan tetap berusaha dengan banyak hal. Begitulah
hati ini menerjemahkan setiap waktu yang dirasa berat dan lama. Begitulah kasih
ini menjawab karuniamu, beginilah diri ini menjawab nikmat yang kau beri,
itulah kehidupan tangan-tangan Tuhan akan mendapati kau pada tempat yang tepat
meski kau terkadang merasa tidak mencukupinya. Jika tinggal sepi dan senyap,
bukankah pilosopi kopi banyak mengajarimu tentang hal yang berasa pekat. Kopi
hitam tanpa warna akan banyak dinikmati meski berasa pahit. Itulah kehidupan
meski merasa pait pasti akan tetap dirasa. Karena sesungguhnya bukan
pahitnyalah yang kita cari tapi prosesnya.Jika Tuhan masih memperkenankan diri
ini untuk kembali ke tanah air dengan selamat. Maka terima kasih Tuhan telah banyak
mengabulkan do’a-do’a selama ini.amiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar