/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/symbols/sym-5/sym461.cur), progress Islam Ornamental Art 2

bintang

Get widget

Sabtu, 19 Desember 2015

Islam Thailand



THAILAND SELATAN
                Di Muangthai terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari penduduk umumnya. Mereka banyak beragama Budha. Sebagai Negara yang berasaskan kerajaan, mempunyai Raja beragama Budha tidak ayal jika banyak penduduknya beragama Budha. Di Muangthai dibagi menjadi empat propinsi yang banyak menganut Agama Islam yaitu Narathiwat, Yala, Pattani, dan Satun. Pekerjaan kaum muslimin di Muangthai cukup beragam paling dominan petani, pedagang pasar, guru dan pegawai pemerintah. Agama Islam di Muangthai menjadi minoritas, paling banyak di daerah Pattani. Pada awal abad ke-tujuh Pattani menjadi pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar seperti Daud Bin Abdillah bin Idris Al-Fatani di Patani. Disemenanjung Malaya, Islam mula myakinkan penguasa setempat di kota Malaka yang tadinya berada di bawah kekuasaaan raja Siam yang beragama Budha. Sekian abad sebelumnya telah datang agama Hindu-Budha. Menurut Geerzt ketika Islam dapat meluas lebih dalam di daratan Asia Tenggara dibendung oleh kolonialisme sebagai kekuatan baru dalam tiga misi, yang kita ketahui 3g. (gold,glory,gospel).
                Masyarakat Melayu sangat terisolasi dari Masyarakat Muangthai pada umumnya dan karakteristik social budayanya cenderung untuk mengisolasikan diri. Seperti wilayah Narathiwat, banyak masyarakatnya masih terbelakang. Padahal Pendidikannya sesuai dengan wacana dunia, sarana dan prasarana memadai, banyak tenaga ajar yang mumpuni. Misalnya saja, di sekolah Ma’had Narawith Islam daerah Kochcharat 1. Dasini, sekolah tidak bayar, semua peralatan dari tas, seragam, buku dan alat tulis gratis. Asrama dan sekolah gratis, wifi 24 jam, dan ada tambahan radio, rekreasi, penelitian, membuat syarahan atau jika Indonesia biasa menyebut artikel. Tetapi jarang yang mau masuk sekolah, ketika saya mencoba bertanya pada salah satu murid mereka menjawab malas belajar tak mau belajar. Dilain pihak saya mencoba bertanya pada ustadz Abdul salah satu guru disekolah tersebut beliau menjawab “ disini itu, adalah sekolahan rendahan. Mereka yang bersekolah merupakan anak orang yang tidak mampu jadi untuk mau pergi kesekolah saja sudah Alhamdulillah”. Begitulah tutur beliau.
                Mereka yang beragama Islam selalu diidentikkan dengan masyarakat pedesaan. Tidak ayal jika orang Islam disini biasa menyebut orang selain Islam dengan sebutan orang “Kafir”. Terus yang membuat saya terheran lagi mereka biasa menyebut kata bid’ah dalam bidang apapun yang menurut mereka bukan tuntunan Islam. Mungkin itulah salah satu penyebut banyaknya konflik disini. Bukankah dalam salah satu teori jurnalis keberagaman yang saya dapat dari Bapak taufik Al amin ketika kuliah ilmu sejarah “dilarang penyebutan kata –kata yang sensitive atau cenderung men judge ”.  Masyarakat Narathiwat sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu, bom atau petasan yang besar meledak juga biasa bagi mereka. Masyarakat perkotaan di Narathiwat yang banyak berhubungan dengan kerajaan mayoritas beragama Budha.
                Pada dasarnya Narathiwat bersama-sama dengan daerah tiga lainnya merupakan pusat penyebaran Islam di Thailand. Secara Tradisional kesemua daerah ini mengalami generalisasi yang disebut dengan daerah Fatoni yang berarti cerdas atau cerdik, yang sampai sekarang kita kenal dengan nama Pattani. Penyebaran Islam di Muangthai melalui perdagangan, Islam tidak dapat mendesak pengaruh Budha secara cultural maupun politik. Karena Islam bukan sebagai yang mayoritas. Maka dari itu, sering timbulah konflik antar agama di daerah ini. Ketika kamu berkunjung kewilayah Pattani, Yala, Satun dan Narathiwat pasti akan kamu jumpai askar (tentara ) setiap sepuluh meter. Siapa yang tidak mengenal kisruh meminta kemerdekaan warga muslim di Thailand Selatan sepanjang tahun 2000. Oleh karena itu, pihak keamanan dikerahkan maksimal untuk mencegah banyaknya peristiwa 2004 pembunuhan paksa dan penghilangan aktivis kemerdekaan Thailand Selatan. Hasil wawancara saya dengan Tok Imam salah satu pemilik sekolah Tadika di daerah lorong Bayo-Narathiwat menjelaskan, sebagai warga muslim mereka mengutamakan sekolah agama. Ajaran agama haruslah yang diutamakan sebagai pembentukan karakter dan moral. Setelah itu barulah menginjak kebidang umum. Kalau yang sekarang ini tidak begitu, ujarnya. Penjelasannya menerangkan bahwa ajaran agama sebagai ajaran tambahan dan pelajaran umum adalah utama. Mereka yang mengikuti sistem kerajaan dan ingin sekolahnya tetap diakui mau tidak mau tidak ada pilihan lain. Itu adalah jalan terbaik untuk membuat masyarakat Thailand Selatan semakin maju dalam segala bidang. Semoga. Kaum muslimin sebagai minoritas memang merasa tertekan dan tertindas. Dengan bukti terjadinya berbagai pemberontakan bersenjata yang selalu timbul sejak awal abad ini. Akhirnya Pattani dan ketiga daerah lainnya menjadi pusat persebaran ilmu agama Islam hingga sekarang di Thailand. Bukti diantaranya, mereka yang dissebut badan alumni Thailad Selatan membentuk perserikatan. Bidang kerja yang dibawahinya mencakup berbagai aspek, sedangkan saya dkk masuk dalam pengembangan bidang pendidikan dan lintas budaya melalui jendela ilmu pengetahuan. Hingga saat ini saya mampu belajar banyak hal dari mereka. Misi terbesar saya adalah membawa satu saja anak Thailand Selatan belajar di Indonesia. Amin.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar